Tuesday, 7 February 2017

Barabai tempo doeloe, silahkan di baca bro

Kaya apa ya barabai tahun waw... ga kebayang barabai tempo doeloe, tapi sekarang sudah sangat2 berubah, ya iyalah sudah hampir seratus tahun. sekedar mengenal dan mengetahui, ini lo barabai jaman dulu, yang di ambil dari beberapa situs.
Kota Barabai tahun 1920 - 1921

Di jaman Kolonial Hindia Belanda BARABAI merupakan sebuah “Onderafdeeling” yaitu suatu wilayah administratif yang pemerintahan tertingginya dipegang oleh seorang “controleur” (bupati dari bangsa Belanda).

Menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178 “onderafdeeling Barabai” bernama“Onderafdeeling Batang Alai en Labooan Amas” yang termasuk kedalam wilayah “Afdeeling Kandangan”.

Dahulu kota Barabai sangatlah kecil, minim sarana dan prasarana publik, jalanan sangat sedikit tanpa penerangan dan lebarnya hanya 2 meter hingga 4 meter sedangkan jembatan kebanyakan terbuat dari kayu.

Hal ini dapat kita lihat pada peta yang dibuat pada tahun antara 1920-1921 yang dipublikasikan oleh “Koninglijk Instituut voor taal, land en volkenkunde” Leiden Belanda pada tahun 1924. 

Keterangan : 
Verharde weg = jalan beraspal        niet verharde weg = jalan tidak beraspal
_____________________________


Ada 3 buah gerobak sapi sedang melintas di jalanan, terlihat sang sais (tukang gerobak) juga ikut berjalan mengikuti langkah sapinya, mereka tidak berani naik ke gerobaknya, lantaran pada jaman kolonial Belanda ada peraturan yang melarang hal tersebut bagi siapa yang melanggar akan mendapat hukuman dan denda.



Foto ini dijepret pada sekitar tahun 1937 dengan mengambil lokasi di jalan "Karel van der Heijden Weg", tepatnya di depan jalan Lorong Said Alwi oleh seorang ilmuwan Jerman yang bernama K. HELBIG ketika melakukan perjalanan di kota Barabai.
Setelah kemerdekaan jalan Karel van der Heijden Weg diganti nama menjadi jalan Dharma, puluhan tahun berikutnya di ganti lagi menjadi jalan Brigjen H. Hasan Basri, hingga sekarang.
  ____________________


“Bioscoop” (bioskop) “Juliana theater” di tahun 1926.
Selain bioskop ini, Barabai masih mempunyai satu lagi bioskop yang bernama INDRAH(mohon koreksinya kalau salah dalam penulisan kata "INDRAH"), menurut sumber lain bernama WILHELMINA, yang terletak di jalan "Prinsen Adriaan Weg", namun orang Barabai dikala itu lebih mudah menyebutnya dengan sebutan jalan PRINSENDRAN. Dikemudian hari bioskop ini dirobohkan, sebagai gantinya, di bekas bioskop tersebut kemudian dibangun sebuah pasar dengan nama "Pasar Garuda" dan jalan Prinsen Adriaan Weg pun diganti menjadi jalan Garuda, beberapa tahun kemudian diganti lagi menjadi jalan Ir. P. M. NOOR seperti yang ada sekarang ini.

Tertulis tahun pembuatannya “ANNO 1925” yang berarti tahun 1925 

Tertulis di papan tulis : 


INI MALAM 18-6-1926



SPESIAL BESAR



"DJAGO dari ALASKA"

Foto ini dikudak (dijepret) pada hari Jum’at tanggal 18 Juni 1926 
________________________

Kunjungan controleur Gerard Louwrens Tichelman ke Mesjid Soengai Boeloeh (Sungai Buluh) sekitar tahun 1927
  ___________________

Jembatan Birayang ambruk akibat diterjang material hutan (“raba” dalam bahasa Banjar) yang hunyut saat terjadi banjir besar di Birayang sekitar tahun 1927. Hal ini membuat daerah diseberang Birayang terisolasi sehingga mengganggu roda perekomonian, untuk mengatasinya maka dibangunlah jembatan darurat.
Pembangunan jembatan darurat Birayang






Birayang di zaman Kolonial Belanda sekitar tahun 1930

Dijepret dari (sekarang) sekitar lampu kuning mengarah ke jembatan (pasar)


Pasar Birayang sekitar tahun 1937

______________

Sebuah "waterput" (sumur) di salah satu sudut alun-alun di depan rumah controleur tahun 1927
  ________________



Komunitas sepeda Ontel Barabai
Lokasi : Samping rumah bupati


Foto ini dijepret sekitar tahun 1950an yang berlokasi di jalan Pasar Dua
Foto-foto ini diambil antara tahun 1875 sampai 1940
Beberapa jukung tambangan tengah di parkir di pinggir sungai. Sebuah jembatan terlihat melintasi sungai, di seberang sungai terlihat sebuah bangunan agak besar itu adalah mesjid Ash-Shulaha. Lokasi parkir jukung ini sekarang adalah Toko Tujuh (namun belum dibangun), sedangkan toko Tujuh sendiri selesai dibangun tahun 1925.
Inilah Mesjid Ash-Shulaha tempo doeloe, mesjid dengan gaya arsitektur Banjar - Jawa (Demak) yang dihiasi dengan ornamen-ornamen tradisional (khas banjar) dengan bubungan (atap) bertingkat tiga yag mengandung makna :
Tingkat pertama mengandung makna Syari'at
Tingkat kedua mengandung makna Thariqat
Tingkat ketiga mengandung makna Haqiqat
Dalam perkembangannya Mesjid Ash-Shulaha beberapa kali mengalami perombakan total.
Mesjid Ash-Shulaha sedang dalam proses penyelesaian perombakan, diperkirakan tahun 1910an keatas.
Mesjid Ash-Shulaha, jembatan dan pasar ikan, sementara Toko Toedjoeh (Tujuh) belum dibangun.
Dijepret dari (sekarang) bundaran mengarah ke seberang sungai.
Untuk memperkuat dugaan tersebut, coba anda perhatikan 2 foto bangunan (terutama pada bentuk atapnya) di bawah ini :

Pasar ikan (vismarkt)
Pasar ini berdampingan dengan rumah pemotongan hewan, letaknya berseberangan jalan dengan Mesjid Ash-Shulaha, lokasi ini sekarang menjadi “Hutan Kota”.
Rumah Pemotongan Hewan terutama yang berkaki empat seperti sapi, kambing dan kerbau.
Terlihat dikejauhan pagar jembatan Mesjid Ash-Shulaha.
_______________
Kantor Pos Pembantu (Hulppostkantoor)
________________
Coba anda perhatikan orang-orang yang beraktivitas dipasar ini, hampir semua mereka berpakaian muslim, yang pria berpeci dan yang wanita berkerudung baik orang tua maupun anak-anak. Ini menunjukkan bahwa mereka amat menjunjung nilai-nilai agama Islam. 

No comments:

Post a Comment

Semoga Bermanfaat

Mencoba ....

 Assalamualaikum... <script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-5445502755314960...